Monday 28 May 2018

Materialitas dalam Akuntansi

Melek Akuntansi. Dalam akuntansi suatu informasi dikatakan material adalah jika kelalaian atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna laporan keuangan. Materialitas sangat tergantung pada besar kecilnya suatu pos atau kesalahan dalam mencantumkan atau mencatat suatu informasi. Oleh karena itu materialitas merupakan ambang batas minimum suatu karakteristik kualitatif pokok harus dimiliki agar informasi dipandang berguna.


Tidak ada standar khusus yang mengatur berapa besar tingkat materialitas dalam akuntansi, sebab masing-masing perusahaan memiliki volume transaksi yang berbeda-beda. Perusahaan A yang memiliki aset Rp 1 triliun pasti memiliki ambang batas materialitasnya yang lebih tinggi dari perusahaan B yang hanya memiliki aset Rp 100 miliar.

Lihat juga4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Pertimbangan profesional seorang akuntan sangat mempengaruhi tingkat meterialitas. Pertimbangan yang digunakan bersifat kuantitatif dan kualitatif. 

Beberapa pertimbangan kuantitatif yang digunakan :
  • 5% - 10% dari laba sebelum pajak.
  • 0,5% - 1% dari total aset.
  • 1% dari liabilitas
  • 0,5% - 1% dari pendapatan bruto.
Contoh : Laba sebelum pajak Rp 100 juta, ditentukan tingkat materialitas 5%-10% dari laba sebelum pajak. Maka ambang batas materilitas adalah Rp 5 juta - Rp 10 juta. Laporan keuangan dianggap salah saji materilitas jika terdapat salah saji informsi dikisaran Rp5 juta, jika lebih kecil maka dianggap tidak material. 

Beberapa pertimbangan kualitatif diantaranya :
  • Indikasi adanya kecurangan
  • SOP yang diberlakukan
  • Perbuatan melanggar hukum
  • Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan.
Pada entitas syariah, bagi hasil yang didistribusikan ke pemilik dana (shahibul maal) harus mencerminkan jumlah yang sebenarnya tanpa mempertimbangkan pelaksanaan konsep materialitas.

0 comments:

Post a Comment